Kompas.tv, Di era ketika satu kejadian bisa viral dalam hitungan menit, mudah sekali tergoda untuk ikut arus. Tapi kami memilih untuk diam sejenak, menoleh ke belakang layar. Ada cerita-cerita yang tidak ramai, tidak jadi bahan obrolan, bahkan tidak muncul di notifikasi. Tapi justru di sanalah kami temukan nyawa jurnalisme yang sejati — menyampaikan apa yang penting, meski tak populer.
Datang, Duduk, Mendengar
Kami tidak buru-buru menyalakan kamera. Kami lebih dulu mendengarkan. Di ruang-ruang kecil yang jauh dari sorotan, kami bertemu mereka yang suaranya tidak lantang, tapi dalam. Seorang nenek yang bertahun-tahun merawat cucunya sendirian. Seorang guru yang tetap mengajar meski ruang kelasnya roboh separuh. Mereka tak mencari perhatian. Tapi kisah mereka layak dibawa ke hadapan publik.
Cerita yang Tidak Ditulis Cepat
Apa yang kami temui tidak bisa disederhanakan dalam satu kutipan. Perlu waktu, perlu kepercayaan. Karena menyampaikan yang terlupakan bukan soal siapa duluan, tapi siapa yang bersedia bertahan untuk mendengar lebih jauh. Kami bukan pemburu sensasi — kami penjaga ingatan. Agar yang sunyi tetap terdengar. Agar yang tersembunyi tetap terlihat.
Jurnalisme yang Punya Tanggung Jawab
Kami percaya, jurnalisme bukan hanya tentang apa yang diberitakan, tapi juga siapa yang dipilih untuk diangkat. Dan selama masih ada warga yang hidupnya hanya tersentuh janji tapi belum disentuh tindakan, kami akan terus hadir. Bukan untuk membesar-besarkan, tapi untuk menyampaikan: bahwa mereka ada. Mereka penting. Dan mereka tidak akan kami biarkan hilang dalam diam.